Cherreads

Chapter 12 - Duri dan Determinasi

Area kristal lumut hijau memancarkan cahaya redup, seolah menjadi panggung bagi pertarungan yang akan datang. Udara di sini terasa dingin dan lembap, berbeda dari bau belerang yang mencekik di area Sarangerak. Ren mengambil posisi, tubuhnya menegang, setiap ototnya siap untuk menerjang. Di depannya, Spinehredder Tier 2 Tengah yang menjadi targetnya, bergerak anggun di antara celah-celah kristal, indranya yang tajam memindai sekeliling. Makhluk itu adalah perwujudan kelincahan dan ancaman.

Ren tahu bahwa kekuatan mentahnya di Tier 1 Puncak tidak cukup untuk mengalahkan Spinehredder secara langsung. Ini akan menjadi pertarungan strategi, kesabaran, dan kemampuan adaptasinya. Ia mengingat bisikan Abyss: "Kelemahan... cari... hancurkan." Ia juga teringat akan beban kekuatan barunya, pentingnya menguasai setiap gerakannya agar tidak membuang energi atau memperlihatkan celah.

Ren memulai serangannya. Ia tidak langsung menerjang. Sebaliknya, ia melesat di antara formasi kristal, sengaja membuat suara kecil yang cukup untuk menarik perhatian Spinehredder, namun terlalu cepat untuk dapat diidentifikasi. Makhluk itu berputar, duri-duri di punggungnya sedikit menegang, matanya yang tajam mencari-cari. Ren terus bergerak, sebuah bayangan yang nyaris tak terlihat di antara cahaya kristal.

"Duri... butuh... waktu... mengumpul," bisik Abyss, seolah memberikan petunjuk.

Ren memperhatikan pola serangan Spinehredder saat ia memprovokasi. Makhluk itu akan berhenti, punggungnya bergetar sesaat, lalu meluncurkan rentetan duri tajam dengan kecepatan tinggi. Setelah meluncurkan duri, ada jeda singkat sebelum duri-duri baru tumbuh dan siap diluncurkan kembali. Itu adalah celahnya.

Pertarungan itu berubah menjadi tarian mematikan di antara kristal-kristal. Ren menggunakan kelincahan barunya, melompat di atas kristal yang menjulang, menempel di dinding, dan melesat di bawah celah sempit, menghindari setiap proyektil duri yang mematikan. Duri-duri itu menancap di kristal dan batu, meninggalkan bekas luka yang berasap. Setiap kali Spinehredder meluncurkan duri, Ren memanfaatkannya. Ia akan melesat mendekat, mencoba mendaratkan serangan yang cepat pada sendi kaki atau sisi tubuh Spinehredder yang tidak dilindungi duri.

Serangan Ren, meskipun kuat, tidak cukup untuk menembus kulit tebal Spinehredder dengan mudah. Cakarnya hanya mampu menggores, atau memantul dari kulitnya yang liat. Ia merasakan frustrasi, sebuah desakan untuk melahap secara primitif, namun ia menahannya. "Efisiensi. Ritual. Ingat."

Spinehredder, yang marah karena tidak bisa mengenai Ren, mulai menjadi lebih agresif. Ia menerjang dengan kecepatan yang mengagumkan, cakarnya mengayun-ayun di udara, mencoba mencabik Ren. Ren harus mengeluarkan semua kemampuannya untuk mengelak, beberapa kali nyaris terkena. Satu sapuan ekor Spinehredder, yang juga dipenuhi duri, menghantam bahu Ren, merobek kulit dan otot. Rasa sakit yang tajam menusuknya, cairan keunguan mengalir. Ini adalah biaya dari setiap kesalahan.

Ren berjuang. Ia tahu ia tidak bisa membiarkan pertarungan ini berlarut-larut. Ia harus mencari titik vital. Ia mengingat kembali pengetahuannya tentang anatomi makhluk Abyss yang ia dapatkan dari melahap Gnasher dan Stalker Fiend—otak mereka, organ inti, seringkali berada di area leher atau dada yang kurang terlindungi.

Kesempatan itu datang ketika Spinehredder meluncurkan serangan duri yang lebih masif, menguras cadangannya. Saat makhluk itu berhenti sejenak untuk 'mengisi ulang', Ren melihat celah tipis di antara duri-duri di lehernya, tempat kulitnya sedikit meregang.

Ren tidak ragu. Dengan raungan yang dipenuhi determinasi, ia melesat dengan kecepatan penuh, seluruh kekuatan Tier 1 Puncaknya terfokus pada satu serangan. Ia menancapkan cakarnya dalam-dalam ke celah itu, mengoyak, dan kemudian menggigit dengan rahangnya, mencoba mencengkeram. Spinehredder menjerit, lolongan kesakitan yang melengking memenuhi gua. Makhluk itu berjuang dengan brutal, mencoba melepaskan diri, mencabik Ren dengan cakar belakangnya.

Ren berpegangan erat, mengabaikan rasa sakit yang membakar. Ia memusatkan energi Abyss yang ia miliki, mengirimkannya melalui cakarnya, mencoba merusak bagian dalam Spinehredder. Pertarungan itu mencapai klimaksnya, sebuah pusaran darah dan kekerasan. Akhirnya, setelah beberapa kedutan terakhir yang mengerikan, Spinehredder itu ambruk, napasnya terhenti, matanya kosong.

Ren terhuyung mundur, tubuhnya gemetar, berlumuran darah Spinehredder yang hangat. Luka-lukanya dalam, beberapa duri menancap di pahanya, dan bahunya terasa seperti tercabik. Ia harus berlutut sesaat, kehabisan tenaga, merasakan nyeri yang menggerogoti. Ini adalah harga dari kemenangannya, sebuah pengingat brutal bahwa setiap peningkatan harus diperjuangkan dengan nyawa.

"Berhasil," bisik Abyss, nadanya netral, seolah mengamati sebuah eksperimen. "Katalis... tersedia."

Ren menatap bangkai Spinehredder yang masif. Duri-duri yang ia inginkan kini bisa diakses. Ia harus memilih. Apakah ia akan mengambil duri untuk pertahanan dan serangan, atau inti organik untuk kelincahan dan kecepatan? Ren berpikir keras. Dalam pertarungan ini, kelincahan dan kecepatanlah yang menyelamatkannya. Kemampuan untuk menghindari serangan Spinehredder adalah kunci. Ia membutuhkan lebih banyak kecepatan untuk menghadapi ancaman yang lebih besar.

Dengan keputusan itu, Ren mulai bekerja. Ia dengan susah payah merobek bangkai Spinehredder, mencari inti organiknya— sebuah kantung kecil yang berdenyut, mengandung esensi kecepatan dan kelincahan makhluk itu. Mengeluarkan inti itu membutuhkan kekuatan dan ketelitian, dan Ren harus menahan rasa mual dari bau organ dalam yang menyengat.

Setelah berhasil mendapatkan inti, Ren menyeret bangkai Spinehredder yang besar itu ke titik resonansi di tengah kumpulan kristal lumut hijau. Itu adalah lokasi yang sempurna, dipenuhi dengan energi murni Abyss. Dengan inti Spinehredder di genggamannya, Ren menorehkan Pola Panggilan Abyss yang rumit di tanah yang lembap, menggunakan cakarnya yang berdarah.

Ritual dimulai. Saat Ren meletakkan inti Spinehredder di tengah pola, cahaya ungu gelap meluap, jauh lebih terang dan lebih kuat dari ritual-ritual sebelumnya. Energi dari inti itu disedot keluar, berinteraksi dengan energi Node Resonansi, dan kemudian mengalir deras ke dalam tubuh Ren.

Sensasi itu luar biasa. Sebuah panas membakar menyebar dari intinya, meresap ke setiap sel, membentuk kembali dirinya. Tulang-tulangnya terasa memanjang, otot-ototnya memadat dan meramping, dan di punggungnya, Ren merasakan tekanan aneh—seperti sesuatu yang mencoba menembus keluar. Kulitnya terasa seperti diregangkan dan ditarik kembali, menjadi lebih mulus namun lebih liat.

Ada raungan yang tak bisa ia tahan, sebuah ekspresi kesakitan dan transformasi. Visi melintas di benaknya—kilasan Demon God, Abyss yang meluas, dan dewa-dewa yang tampak seperti titik-titik kecil di kejauhan. Kemudian, semua memudar.

Ketika sensasi itu mereda, Ren bangkit. Ia merasakan perubahan yang jelas pada tubuhnya. Ia lebih tinggi, lebih ramping, dan gerakannya terasa sangat ringan. Cakarnya kini lebih panjang dan tajam, dan ia bisa merasakan adanya otot-otot baru yang memadat di sepanjang punggungnya, memberikan sensasi seperti dorongan, bahkan jika tidak ada sayap yang tumbuh. Tubuhnya kini lebih aerodinamis, dirancang untuk kecepatan.

Ia telah mencapai Tier 2 Rendah.

Kekuatan yang baru ini terasa berbeda. Bukan hanya peningkatan dalam kekuatan mentah, tetapi juga dalam kecepatan dan kelincahan. Ia melesat di gua itu, gerakannya menjadi kabur, jauh lebih cepat dari sebelumnya. Ini adalah hasil dari penggunaan inti Spinehredder sebagai katalis—evolusi yang ia pilih, yang membentuk tubuhnya sesuai dengan esensi yang ia serap.

"Terbentuk," bisik Abyss, nadanya kini terdengar... puas. "Langkah. Selanjutnya. Sekarang."

Ren memandang tangannya yang baru, dan kemudian ke arah kegelapan yang membentang di luar area kristal. Ia telah membuat lompatan yang signifikan, sebuah pencapaian yang terasa berlipat ganda dari setiap kesulitan yang ia hadapi. Namun, ia tahu perjalanan ini baru saja dimulai. Di luar sana, di kedalaman Abyss, ada ancaman yang lebih besar, dan XP yang berlipat ganda untuk mencapai Tier berikutnya akan menuntut pengorbanan yang lebih besar lagi. Ia kini berada di Tier yang sama dengan Armored Crawler sehat, tetapi masih jauh di bawah Malakor. Dan ia belum tahu ancaman apa yang akan datang dari lapisan Abyss yang lebih dalam, tertarik oleh peningkatannya.

More Chapters