Cherreads

Chapter 11 - Pencarian Katalis dan Jejak Kehidupan Lain

Peningkatan ke Tier 1 Puncak telah memberikan Ren fondasi yang kokoh, bukan hanya dalam kekuatan mentah, tetapi juga dalam pemahaman akan Abyss. Setiap serat ototnya kini terasa lebih padat, cakarnya lebih mengeras, dan kecepatan refleksnya meningkat secara dramatis. Aura uniknya, campuran energi manusia dan Abyss, kini memancar lebih kuat, sebuah tanda yang tak dapat disembunyikan bagi sebagian besar penghuni jurang. Ia telah menghabiskan waktu, beradaptasi dengan kekuatan barunya, mengendalikan setiap denyutannya agar tidak terlalu mencolok atau membuang energi. Abyss sendiri telah membisikkan pentingnya kendali: "Kekuatan... dikuasai... bukan... dikendalikan." Sebuah peringatan akan risiko mutasi jika ia terlalu terburu-buru.

Namun, di balik kendali itu, rasa lapar untuk tumbuh kembali menggerogoti. Bukan hanya rasa lapar fisik, melainkan dorongan primal untuk evolusi. Ia mengerti bahwa XP yang ia butuhkan untuk mencapai Tier 2 Rendah akan menjadi tantangan besar, sebuah jurang pengalaman yang jauh lebih dalam dari Tier 1 Puncak. Kali ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan jumlah mangsa. Ia membutuhkan katalis.

Abyss telah menanamkan pengetahuan ini jauh di dalam benaknya saat ia pertama kali diubah: evolusi sejati membutuhkan bahan spesifik dan lokasi resonansi. Bisikan-bisikan itu kini lebih jelas, memberinya petunjuk samar tentang esensi tertentu dari makhluk lain yang dapat memicu transformasi lebih lanjut. Ia memerlukan lebih dari sekadar "energi mentah"; ia membutuhkan esensi genetik yang dapat membentuk dirinya.

Ren memutuskan untuk memperluas area eksplorasinya. Sarangerak adalah pusat kekuasaan dan konflik, namun ia tahu bahwa bahan-bahan evolusi yang paling berharga tidak akan ditemukan di pasar yang kacau balau itu. Mereka akan berada di habitat aslinya, dilindungi oleh predator-predator tangguh.

Ia bergerak keluar dari batas-batas Sarangerak, menjelajahi terowongan-terowongan baru dan gua-gua yang lebih dalam di Layer Lima Ratusan. Kegelapan di luar kota itu terasa berbeda—lebih sunyi, lebih purba. Bau belerang dan darah masih ada, namun diselingi oleh aroma mineral yang asing, atau kelembapan dari sumber air bawah tanah yang belum pernah ia temukan. Matanya yang tajam memindai setiap celah, setiap formasi batu.

Selama perjalanannya, Ren menemukan sebuah terowongan yang mengarah ke area yang belum pernah ia lihat. Dinding-dindingnya ditutupi oleh kristal-kristal kecil berwarna hijau lumut yang memancarkan cahaya redup, memberikan penerangan samar di kegelapan abadi. Udara terasa lebih lembap, dan ia bisa mendengar tetesan air yang konstan. Ini adalah Node Resonansi awal, sebuah tempat di mana energi Abyss terasa lebih murni, lebih terkonsentrasi. Potensi lokasi evolusi.

Dan di sana, di tengah kumpulan kristal itu, Ren melihatnya—makhluk yang dikenal sebagai Spinehredder. Ini adalah predator berukuran sedang, sekitar dua kali lipat ukuran Stalker Fiend, dengan tubuh ramping namun sangat berotot, dan deretan duri tajam yang menonjol dari punggungnya hingga ekornya. Kulit mereka berwarna abu-abu gelap, hampir menyatu dengan batu, dan mata mereka memancarkan kecerdasan yang licik. Spinehredder berada di Tier 2 Tengah, sebuah lompatan signifikan dari Armored Crawler yang pernah Ren kalahkan.

Spinehredder adalah makhluk yang mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan kemampuan mereka untuk meluncurkan duri-duri beracun dari punggung mereka. Ren telah melihat mereka di Sarangerak, mengorbankan bangkai atau berburu Chasm Dwellers yang ceroboh. Ia tahu bahwa mengalahkan Spinehredder akan menjadi tantangan besar, jauh lebih sulit daripada Armored Crawler.

Abyss berdengung di benaknya, sebuah bisikan yang lebih kuat dari sebelumnya. "Tulang... Duri... Kelincahan... Bisa menjadi milikmu."

Ren merasakan dorongan. Inti dari Spinehredder, atau mungkin duri-durinya yang tajam, bisa menjadi katalis yang sempurna untuk evolusinya. Jika ia bisa menguasai esensi Spinehredder, mungkin ia bisa mendapatkan kecepatan dan kelincahan yang lebih besar, atau bahkan kemampuan untuk menumbuhkan duri pelindung. Keputusan strategis pertamanya untuk evolusi sudah di depan mata.

Namun, ia tidak bisa hanya menerjang. Kekuatannya di Tier 1 Puncak masih jauh di bawah Spinehredder Tier 2 Tengah. Ia harus merencanakan. Ia menghabiskan berjam-jam mengamati Spinehredder yang berpatroli di area kristal. Ia melihat mereka bergerak dengan gerakan-gerakan mendadak, berhenti sejenak untuk mendengarkan, dan kemudian melesat lagi. Mereka tampak sangat sensitif terhadap getaran di tanah.

Ren menyadari satu kelemahan mereka: duri-duri mereka. Meskipun mematikan, melepaskannya membutuhkan waktu singkat untuk "mengisi ulang." Dan Spinehredder cenderung berburu sendirian, atau dalam kelompok yang sangat kecil, tidak seperti kawanan Stalker Fiend.

Ren mulai melatih keterampilan barunya—sensori aura. Dengan kekuatan Tier 1 Puncaknya, ia kini bisa merasakan pancaran aura makhluk lain dengan lebih baik, bahkan yang tersembunyi di balik bebatuan. Ia berlatih menyelinap, bergerak tanpa membuat getaran yang terlalu besar, mematikan auranya untuk sesaat agar tidak terdeteksi oleh Spinehredder yang peka. Ini adalah upaya yang melelahkan, membutuhkan konsentrasi penuh.

Ia juga bereksperimen dengan Pola Panggilan Abyss yang lebih kompleks. Tidak hanya untuk ritual, tetapi juga sebagai cara untuk memanipulasi lingkungan atau memfokuskan auranya sendiri. Ia mencoba menarik energi dari kristal Abyss di dinding gua, mengumpulkannya di sekitar tubuhnya, dan merasakan sensasi dingin namun menguatkan.

Suatu kali, saat ia berlatih memfokuskan auranya, ia merasakan sebuah kehadiran. Bukan makhluk hidup, melainkan... sesuatu yang lain. Di balik dinding kristal, Ren merasakan sebuah denyutan energi yang sangat besar, sesuatu yang jauh lebih tua dan lebih kuat dari Abyss itu sendiri. Itu adalah semacam titik jangkar di dalam jurang, tersembunyi jauh di dalam bebatuan. Sensasi itu terlalu besar, terlalu kuat, dan terasa... terlarang.

Bisikan Abyss menjadi lebih intens, lebih mendesak. "Jangan...sentuh. Belum. Waktunya. Itu...bukan...untukmu."

Ren mundur, merasakan dorongan aneh untuk menjauh dari denyutan itu. Apa pun itu, itu adalah sesuatu yang melampaui pemahamannya saat ini, dan sentuhannya terasa seperti bahaya besar. Ia menyadari bahwa di Abyss, ada kekuatan-kekuatan kuno yang jauh di luar jangkauan para predator biasa.

Fokusnya kembali pada Spinehredder. Ia harus mengalahkannya untuk mendapatkan katalis. Ia merencanakan serangan. Ia akan memancing Spinehredder itu ke dalam celah sempit di antara kristal-kristal, tempat kelincahannya akan berkurang. Ia akan menggunakan kelincahannya sendiri, yang telah ia asah, untuk menghindari duri-duri yang diluncurkan, dan kemudian menyerang titik-titik lemah Spinehredder—sendi-sendinya, atau mungkin bagian bawah perutnya yang tidak terlindungi duri.

Ren akan membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan mentah. Ia akan membutuhkan taktik. Ia akan menggunakan kristal-kristal di dinding sebagai penutup, melompat di antara mereka untuk membingungkan Spinehredder. Setiap serangan yang ia lepaskan harus mematikan, tidak membuang-buang energi. Ia tahu pertarungan ini akan mengurasnya hingga batas terakhir. Kegagalan berarti mutasi, atau lebih buruk, kematian.

Saat Ren mempersiapkan diri, ia merasakan kembali Panggilan dari dunia lain. Kali ini, itu bukan kilasan visual, melainkan sebuah sensasi emosional yang kuat—putus asa, marah, dan keinginan untuk menghancurkan. Panggilan itu datang dari arah yang berbeda dari yang ia rasakan sebelumnya, dari sumber yang jauh lebih kuat. Ia tidak tahu apa yang ingin dihancurkan oleh dunia itu, tetapi ia merasakan urgensi yang luar biasa. Abyss di benaknya berdengung dengan rasa lapar yang lebih besar, seolah panggilan ini menjanjikan pesta besar.

Ren mengabaikan panggilan itu untuk saat ini. Fokusnya adalah pada evolusi. Namun, ia menyadari bahwa setiap langkah yang ia ambil di Abyss—setiap peningkatan kekuatan, setiap eksplorasi—membawanya lebih dekat pada konflik kosmik yang jauh lebih besar. Ia adalah bidak kecil yang baru mulai memahami permainannya.

Dengan tekad yang membara, Ren mengambil posisi. Ia telah memilih targetnya, merencanakan taktiknya, dan menemukan lokasi yang tepat. Sekarang, yang tersisa hanyalah pertarungan. Pertarungan yang akan menentukan apakah ia akan naik ke Tier 2 Rendah dan memilih jalurnya sendiri, ataukah ia akan gagal dan terjebak dalam bentuk mutasi yang mengerikan, selamanya menjadi pengingat akan bahaya dari ambisi yang terlalu besar di jurang tak berujung ini.

More Chapters