Marsekal adalah pemimpin suatu daerah yang dinobatkan langsung oleh Kaisar.
"Akhir-akhir ini, kekaisaran mengalami gejolak yang sangat dahsyat."
"Iya, hal ini disebabkan oleh munculnya organisasi-organisasi baru yang membawa penderitaan bagi seluruh rakyat tanpa ada rasa takut."
"Satu hal lagi yang sekarang sedang terjadi di beberapa kota kekaisaran, ialah gadis-gadis dijarah oleh para penyusup, dan juga beberapa pemuda dikabarkan menghilang tanpa kepastian, seperti yang dialami kota Tentakel beberapa waktu lalu."
"Tidak salah lagi, ini berkaitan erat dengan organisasi-organisasi berandal itu."
"Iya, karena sebelum beberapa organisasi itu muncul, warga kekaisaran sangat damai. Tapi, setelah kemunculan organisasi-organisasi ini warga menjadi sangat menderita."
"Mungkin Asyura, Misyura,"
Pemuda itu menghentikan langkahnya, serta menarik nafas yang dalam.
Sedangkan Asyura dan Misyura, yang dari tadi sangat asik membicarakan bencana yang menimpa kekaisaran juga menghentikan langkah mereka, demi menunggu pemuda itu.
Pemuda itu tidak lain adalah Marsekal Gatzriel, pimpinan kota Rinjani. Sedangkan Asyura dan Misyura tak lain adalah pengawalnya yang selalu menemani dia kemanapun Gatzriel pergi.
Ketiganya baru beberapa hari meninggalkan kekaisaran Triani, setelah menemui Tuan Zhi Syuan yang berada di kota kekaisaran.
Perjalan mereka masih sangat jauh, sebab ketiganya masih berada di bagian utara pulau Arabia yang berbatasan langsung dengan sungai Kegelapan. Atau dengan kata lain, mereka harus melewati sungai Kegelapan demi sampai ke kota Rinjani.
Sungai Kegelapan merupakan sungai yang sangat aman dilewati, sebab tidak ada binatang buas ataupun hal-hal aneh yang dapat merenggut nyawa tiap orang yang lewat di situ. Hanya saja keadaan sungai itu sangat gelap.
Hampir seluruh warga Arabian dan masyarakat lokal memilih jalan lain kalau berpergian ke kota Rinjani ataupun sebaliknya. Dari pada memilih menyebrangi sungai Kegelapan yang menghubungkan kota Rinjani dan Arabian tersebut.
Sebab dilain sisi memiliki Kegelapan yang tidak ada tandingnya, orang-orang yang melewati sungai Kegelapan harus memiliki keberanian yang sangat tinggi, serta memiliki kepekaan yang sangat dalam mengenai arah mata angin, agar tidak tersesat atau berlabuh di tempat yang bukan menjadi tujuan utama mereka.
"Ada apa Marsekal Gatzriel?" tanya Asyura dengan nada yang datar.
Misyura menjadi sangat waspada dengan keadaan disekitar mereka, karena takut adanya serang jarak jauh secara tiba-tiba yang dapat merenggut nyawa mereka.
"Jangan takut, tidak ada apa-apa. Aku hanya kelelahan,"
Marsekal Gatzriel melangkah kembali menghampiri mereka berdua, "Ketahuilah keadaan yang menimpa beberapa kota kekaisaran saat ini akan berdampak buruk bagi kota-kota lain, termasuk kota kita,"
Lagi-lagi Marsekal Gatzriel menghentikan langkahnya. Dia menarik nafas yang dalam, sebelum menatap mereka dengan penuh percaya diri, "Kita harus berhati-hati. Banyak organisasi mungkin akan mengincar kita, demi menaklukan kota yang dipimpin sekarang ini,"
Sambungnya.
Asyura menganggukkan kepalanya pelan, "Benar Marsekal, apalagi organisasi-organisasi tersebut sangatlah tertutup."
"Sudahlah, kita harus secepat mungkin kembali ke kota,"
Ajak Marsekal.
Langkah kaki ketiganya terhenti ketika telah tiba di tepi sungai Kegelapan.
Asyura dan Misyura mulai menyiapkan obor, demi melewati sungai Kegelapan yang sangat gelap itu.
Sedangkan Gatzriel mulai masuk ke sungai, demi melepaskan tali dari perahu yang diikatnya tiga hari yang lalu, pada sebuah batu besar yang berada tidak jauh dari tepi sungai.
"Apa!"
Gatzriel kaget. Matanya sangat melotot memperhatikan keadaan di sekelilingnya ketiak obor dinyalakan oleh Misyura, "Ini tidak mungkin terjadi."
"Ada apa Marsekal?"
Tanya Asyura kebingungan, melihat tingkah Gatzriel yang tidak seperti biasanya.
"Perahu ki... Kita."
"Apakah perahu kita rusak? Ataukah hilang terseret arus?"
"Perahu kita hilang, Asyura,"
Jawab Marsekal Gatzriel.
"Ini tidak mungkin,"
Cetus Misyura.
"Hm..."
Asyura menepuk-nepuk jidatnya, "Tidak ada seorangpun dari kota Arabian maupun kota kekaisaran yang berani datang ke tempat ini ataupun melewati sungai ini, selain kita."
"Lihatlah sendiri,"
Pinta Marsekal, seraya melangkah menuju ke tepi sungai untuk beristirahat.
Dengan batuan obor sebagai penerangan, Asyura dan Misyura mulai memeriksa keadaan di sekitar tepi sungai untuk memastikan keberadaan perahu mereka.
Selain memeriksa keadaan di tepi sungai, keduanya tidak lupa juga memeriksa batu besar yang bisa digunakan untuk mengikat perahu mereka agar tidak terbawa arus sungai itu.
"Perahu kita tidak mungkin terhanyut dibawa oleh arus sungai,"
Tutur Asyura, seraya mengelilingi batu itu.
"Iya, benar. Jikalau hanyut terbawa arus, setidaknya tali dari perahu kita masih ada disini. Dan jikalau perahu kita benar-benar terbawa arus sungai, maka batu ini juga ikut terhanyut,"
Sambung Misyura.
Gatzriel menatap langit yang kelabu sejenak, sebelum menggelengkan kepalanya pelan, "Kita akan bermalam dulu disini. Dan besok, kita harus membuat perahu baru untuk menyeberangi sungai ini."
Gatzriel kemudian menyandarkan tubuhnya pada sebuah batu besar.
Sesungguhnya dia ingin kedua pengawalnya membuatkan perahu sesegera mungkin mengingat politik kekaisaran sedang tidak stabil yang akan berdampak buruk bagi setiap kota yang ada di kekaisaran Triani.
Namun dia sendiri tidak tega memerintahkan Asyura dan Misyura yang terlihat sangat lelah dari perjalanan panjang mereka ke kota Rinjani. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain lagi yang dapat diambil untuk saat ini, selain memulihkan tenaga yang terkuras. Mengingat untuk melewati sungai itu, mereka harus membutuhkan perahu demi menyebrangi sungai Kegelapan.
Selang beberapa saat mereka beristirahat untuk memulihkan stamina tubuh yang terkuras, bahkan belum sepenuhnya feet, dari dalam kegelapan sungai Kegelapan tampaklah sebuah cahaya yang berwarna merah-keunguan yang sangat kecil bagaikan lilin makin lama makin membesar.
Awalnya mereka bertiga sama sekali tidak menghiraukan cahaya tersebut, mengingat sungai Kegelapan tidak sama seperti sungai-sungai lain yang ada di kekaisaran Triani. Oleh karena itu mereka mulai menduga-duga, bahwa cahaya itu mungkin berasal dari makluk-makluk gaib penghuni sungai Kegelapan yang ingin menunjukan diri kepada mereka.
Namun yang membuat mereka sedikit bingung ialah cahaya itu tidak pernah padam, melainkan makin lama makin terlihat jelas keadaan disekitar cahaya tersebut.
"Matikan obornya,"
Seru Gatzriel seraya memperhatikan cahaya tersebut dengan sangat teliti, "Apakah kalian juga lihat cahaya yang ada di tengah sungai itu?" tanyanya, sambil menunjuk ke arah cahaya itu datang. Di lain sisi dia berpikir bahwa hanya dia saja yang melihat cahaya tersebut.
"Iya,"
Jawab Aayura, seraya berjalan menghampiri Gatzriel yang berada di tepi sungai untuk memastikan cahaya tersebut.
"Hey! Jangan gegabah, siang pun terlihat sangatlah gelap. Tentunya sungai ini tidak sama seperti sungai-sungai lain yang ada di wilayah kita,"
Cetus Misyura, seolah-olah mengingat keduanya tentang hal-hal gaib yang ada di sungai ini.
Asyura menggigit bibir bawahnya, serta mengambil sebuah batu kerikil dan melekatkan batu itu kepada Misyura, "Diam! Jaga ucapanmu!"
Tegasnya.
"Hm... Bukankah itu perahu?"
Tanya Asyura.
"Apa?"
Misyura yang berbaring di atas sebuah batu besar dan datar langsung bangkit, "perahu?" dia sangat kaget dan penuh tanya, "Ah... Tidak salah lagi, mungkin itu perahu kita."
"Diam! Perhatikan tiga orang yang berada di dalam perahu itu,"
Ujar Gatzriel menghela nafas panjang, "Bukankah mereka merupakan komplotan dari organisasi Tengkorak Hitam?"
"Organisasi Tengkorak Hitam? Apa maksud dari kedatangan mereka ke wilayah kita,"
Cibir Misyura.
"Entahlah, kita harus lebih berhati-hati,"
Tutur Gatzriel.
Organisasi Tengkorak Hitam merupakan merupakan sebuah organisasi yang berdiri di pulau Belubua, bagian selatan Rawa Hitam atau di sebelah barat kekaisaran Triani. Organisasi ini sangat terkenal dengan kekejamannya dan menentang keras kekaisaran Triani yang ingin menyatukan mereka menjadi bagian dari kekaisaran Triani.
Telah beberapa kali prajurit kekaisaran Triani melakukan serangan di pulau Belubua untuk menyatukan wilayah tersebut, namun usaha yang mereka lakukan terus saja mengalami kegagalan. Bahkan ratusan prajurit dari kekaisaran Triani ditawan oleh organisasi tersebut dan dijadikan sebagai budak yang selamanya tunduk serta taat kepada mereka.
Misi besar dari organisasi Tengkorak Hitam ialah menyatukan seluruh kekaisaran yang ada di pulau FLaystania, yang terdiri dari Kekaisaran Triani, Sheen dan juga kekaisaran Fastolinis, agar tunduk dan taat kepada mereka.
Oleh karena itu organisasi Tengkorak Hitam bekerja keras mengumpulkan segala informasi dari perkembangan ketiga kekaisaran dan juga menawan anak-anak di bawah umur untuk dijadikan bagian dari mereka, demi terwujudnya misi besar mereka.
Ketiganya belum bisa memastikan dengan benar bahwa ketiga orang yang membawa perahu mereka adalah anggota dari organisasi Tengkorak Hitam. Namun tanda pengenal yang ketiganya kenakan telah membuka jati diri mereka.
Ketiganya mengenakan ikat kepala berwarna merah dan pakaian serba hitam, yang umumnya dilarang keras di seluruh wilayah kekaisaran Trian, mengingat musuh besar kekaisaran Triani adalah anggota dari organisasi Tengkorak Hitam yang sangat identik mengenakan ikat kepala yang berwarna merah.
Oleh sebab itu, warga kekaisaran Triani dilarang keras mengenakan ikat kepala yang berwarna merah. Kalaupun ada warga yang sengaja atau tidak sengaja mengenakan ikat kepala yang berwarna merah, pasti akan dipanggil oleh para pemimpin mereka untuk memberikan keterangan.
"Berani sekali mereka menyusup masuk ke wilayah kita,"
Cibir Gatzriel dengan raut wajah yang terlihat sangat geram.
"Akan aku bunuh ketiga orang tersebut,"
Gumam syura seraya mengambil panah nya, yang diletakkan di atas batu, tempatnya beristirahat.
Asyura dengan cepat menarik satu anak panahnya demi menghabisi seorang anggota Tengkorak Hitam yang berdiri di depan perahu.
"Apa yang engkau lakukan, Asyura?"
Cela Misyura.
"Membunuh orang-orang itu,"
Cibirnya, seraya melepaskan tangannya dari tali panah.
Marsekal Gatzriel dan Misyura seketika melebarkan mata mereka.
Keduanya terlihat panik, tapi bukan karena rasa takut melihat Asyura mencoba membunuh anggota dari organisasi Tengkorak Hitam. Melainkan kecewa dengan tindakan Asyura yang semena-mena tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
"Stop! Jangan gegabah!"
Tegas Marsekal Gatzriel.
"Berhenti, Asyura! Tindakan yang kamu lakukan itu hanya akan mempersulit keadaan kita."
Tindakan fatal yang dilakukan Asyura membuat Gatzriel dan Misyura sedikit geram, sebab membunuh salah seorang dari ketiga anggota Tengkorak Hitam, sama halnya dengan mempersulit keadaan yang menimpa mereka sekarang.
Dengan kata lain, ketika melihat teman mereka terbunuh tanpa perlawanan, kedua temannya yang lain masih bisa meloloskan diri mereka dengan memutarkan haluan perahu dan berlabuh di tempat lain.
Oleh karena itulah mereka menghentikannya. Namun Asyura tidak mau mendengarkan mereka karena dia yakin mental dan tekad anggota Tengkorak Hitam tidak bisa dipandang rendah.
Di lain sisi anggota Tengkorak Hitam memiliki kekebalan tubuh yang sangat kuat sehingga mereka sama sekali tidak takut mati.
Asyura mengambil satu anak panah lagi dan membidik seorang yang sedang mendayung perahu mereka.
"Stop! Engkau hanya membuang-buang anak panahmu saja,"
Tegur Marsekal Gatzriel, ketika melihat anggota Tengkorak Hitam tidak bereaksi apa-apa.
Dilain sisi keadaan di tengah sungai sangat gelap sehingga mereka tidak dapat melihat dengan jelas anak panah dari Asyura.
Sebab ada kemungkinan anak panah yang digunakan Asyura untuk membunuh orang dari anggota Tengkorak Hitam, tidak dapat menggapai mereka oleh karena jarak dari perahu masih sangat jauh.
Asyura mengendus kesal, ketika melihat anak panah nya terbuang sia-sia, "Kurang ajar..."
Asyura kemudian duduk di tepi sungai, menunggu ketiga anggota Tengkorak Hitam melewati jangkauan anak panahnya.
Sedangkan Marsekal Gatzriel dan Misyura menjauh dari tepi sungai untuk mencari tempat yang aman agar tidak diketahui oleh ketiga anggota Tengkorak Hitam.
Ketiga anggota Tengkorak Hitam yang berada di tengah sungai Kegelapan berhura-hura. Mereka menghabiskan arak yang disimpan oleh Marsekal Gatzriel dan Asyura sebagai bekal mereka dalam perjalanan.
Ketiganya tertawa lepas mengisi sungai Kegelapan yang sangat sunyi tanpa ada rasa takut sedikitpun di dalam diri mereka.
"Apakah kalian tidak melihat sinar merah yang memerangi tepi sungai tadi?"
Tanya salah seorang, seraya mengambil guci arak yang telah dia minum setengah dari isinya.
Seorang temannya yang duduk berhadapan dengan dia melepaskan tawanya, "Itu adalah manusia-manusia yang tidak berguna di wilayah ini."
"Hey!"
Pria yang berdiri di depan perahu itu pun membalikkan badannya serta menatap keduanya dengan sangat sinis, diikuti tawa kecil yang membuat seluruh tubuhnya bergetar.
"Ada baiknya kita buat mereka jadi berguna untuk kekaisaran brutal ini."
"Benar..."
Pria yang berdiri di depan perahu menganggukkan kepalanya pelan, "Miso kita bukan hanya menyelidiki gerak-gerik organisasi Malaika, melainkan juga menawan orang-orang yang kita temui,"
Dia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, serta menatap keduanya dengan tajam, "Dan jikalau kita berhasil menawan orang-orang itu, maka upah yang kita dapat pun akan bertambah."
Kedua temannya saling bertatapan sesaat, sebelum melepaskan tawa mereka yang sangat menggelegar, "Tunggu apa lagi. Segeralah percepat perahu ini agar sesegera mungkin kita berlabuh dan menangkap anjing-anjing liar itu."
Asyura yang berada di tepi sungai mendengar jelas apa yang mereka katakan. Walaupun terbilang masih jauh jarak ketiga anggota Tengkorak Hitam dari tepi sungai. Namun angin malam dan kesunyian yang menyelimuti Sungai Kegelapan membuat suara ketiganya menggema sangat jauh, sehingga Asyura mengetahui betul tindakan yang akan diambil ketiga anggota Tengkorak Hitam itu.
Asyura menggigit bibir bawahnya, tatapannya berapi-api dengan raut wajah yang sangat geram tertuju kepada ketiga anggota Tengkorak Hitam, "Keparat... Kalian akan mati di tanganku."
Dia kemudian mencari tempat persembunyian di dekat situ agar ketika ketiga anggota Tengkorak Hitam itu berlabuh di tepi sungai tidak mengetahui keberadaannya.
Asyura sedikit gentar melawan ketiga orang tersebut sendirian, sebab Marsekal Gatzriel dan Misyura telah menjauh dari tepi sungai tanpa dia sadari.
Namun dia juga sangat yakin melenyapkan ketiga anggota Tengkorak Hitam dengan senjata jarak jauh yang dimilikinya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi ketiga anggota Tengkorak Hitam berlabuh. Dengan bantuan bambu yang digunakan untuk mempercepat perahu dari tengah sungai hingga ke tepi, dengan cara menancapkan bambu itu ke dasar sungai untuk mendorong perahu itu, akhirnya mereka dengan cepat berlabuh.
"Dimanakah anjing yang berada di tepi sungai tadi?" tanya pria yang berdiri di depan perahu, sembari memperhatikan keadaan di sekitar tepi sungai.
"Anjing liar... Mana mungkin mereka bisa bersahabat dengan kita."
Mereka tertawa begitu riang seakan-akan mereka berada di atas angin.
Namun tawa yang sangat menggelegar mengisi sungai Kegelapan seketika terhenti, ketika pria yang berdiri di depan perahu jatuh tanpa kata ke sungai.
Sedangkan kedua temannya yang lain sedang menikmati arak yang mereka ambil dari perahu itu bingung melihat apa yang terjadi dengan teman mereka.
Melihat salah seorang anggota Tengkorak Hitam tumbang tanpa ada sebab yang pasti, Marsekal Gatzriel dan Misyura seketika kaget.
"Apa yang terjadi?"
Tanya Marsekal Gatzriel penuh kebingungan.
Misyura menggelengkan kepalanya pelan, sebelum memperhatikan keadaan di keliling anggota Tengkorak Hitam.
"Asyura? Dimana dia?"
Misyura teringat akan tekad Asyura yang berniat membunuh ketiga anggota Tengkorak Hitam.
Dilain sisi Marsekal Gatzriel menelan air liurnya, ketika melihat benda bulat yang ukurannya sangat kecil berwarna keemasan, memancarkan kilauan di kepala Anggota Tengkorak Hitam serta membuat tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, "Dia benar-benar melakukannya."
Benda kecil yang menempel pada kepala Anggota Tengkorak Hitam itu tak lain adalah senjata rahasia milik Asyura yang berbentuk seperti panah dengan ujung yang terbuat dari kayu.
Pada bagian belakangnya dibalut emas, sehingga membuat Marsekal Gatzriel tidak dapat bertindak lebih jauh untuk menghentikan Asyura.
Dilain sisi keadaan di tepi sungai sangatlah gelap, oleh karena itu Marsekal Gatzriel dan Misyura tidak bisa mendekatinya karena takut menjadi sasaran selanjutnya dari senjata rahasia milik Asyura.
Kedua anggota Tengkorak Hitam yang sedang menikmati arak terperanjat kaget, ketika memastikan teman mereka yang berdiri di depan perahu tumbang ke sungai tanpa ada sebab yang pasti.
Awalnya keduanya membiarkan teman mereka begitu saja, karena merasa teman mereka itu mabuk akibat terlalu berlebihan meminum arak.
Namun melihat teman mereka tidak bergerak sedikitpun keduanya mulai merasa ada yang aneh dari kelakuan teman mereka itu.
"Apa yang terjadi?"
"Apa yang terjadi dengannya?"
Keduanya membuang guci arak ke sungai, salah seorang dari keduanya mengambil pedang nya yang diletakan di samping kanannya dan langsung menarik padang itu dari sarungnya.
Sedangkan salah satunya lagi mengambil lanterna yang berada di dalam perahu itu, sebelum keduanya loncat turun dari perahu untuk memastikan teman mereka.
"Apa yang terjadi dengan Din?"
Tanya keduanya disaat yang bersamaan, seraya memeriksa keadaan Din.