Lapisan Lima Ratusan adalah medan perang abadi, dan Ren kini berada di tengah-tengahnya, tidak lagi sebagai pengamat pasif. Peningkatannya ke Tier 1 Tengah memberinya sedikit keunggulan, sebuah peningkatan dalam kecepatan dan ketahanan yang terasa signifikan dibandingkan dirinya yang dulu rapuh. Namun, bisikan Abyss yang tak henti-hentinya bergema di benaknya—"Lebih. Besar. Butuh. Lebih"—mengingatkannya bahwa ini hanyalah titik awal. Untuk mencapai Tier 1 Puncak, ia membutuhkan energi yang jauh, jauh lebih besar daripada kumpulan Gnasher atau satu Stalker Fiend. Skala XP yang dibutuhkan terasa melonjak eksponensial, seolah setiap titik kemajuan menuntut pengorbanan yang berlipat ganda.
Target barunya adalah Armored Crawler. Makhluk-makhluk ini adalah reptil raksasa dengan cangkang tebal dan kasar seperti karang Abyss yang mengeras, membuat mereka nyaris kebal terhadap serangan langsung. Mereka bergerak lambat, namun memiliki kekuatan luar biasa dan mampu melontarkan gumpalan lumpur korosif yang dapat melarutkan batu. Armored Crawler biasanya berada di Tier 2 Rendah, sebuah lompatan kekuatan yang signifikan dari Stalker Fiend.
Ren menghabiskan siklus waktu Abyss berikutnya untuk mengamati Armored Crawler. Ia melihat mereka merangkak di dasar jurang yang luas, mencari lumut Abyss dan mineral untuk dimakan. Mereka adalah makhluk soliter, jarang berkelompok. Cangkang mereka yang masif adalah pertahanan utama mereka, dan mereka akan mencabik-cabik atau melarutkan apa pun yang mengganggu mereka. Malah, Ren melihat beberapa Armored Crawler yang terluka dan ditinggalkan, dengan sebagian cangkang mereka hancur, menjadi mangsa bagi Chasm Dwellers atau bahkan Stalker Fiend yang oportunistik. Ini memberinya ide.
Ia tidak bisa menyerang Armored Crawler yang sehat secara langsung. Kekuatannya di Tier 1 Tengah tidak cukup untuk menembus cangkang mereka, dan semburan korosif mereka akan mengakhirinya dengan cepat. Ia harus bersabar, harus cerdas. Strategi adalah kuncinya.
Ren memutuskan untuk menguasai lingkungannya. Ia mulai menjelajahi terowongan-terowongan sempit dan gua-gua yang lebih dalam di sekitar Sarangerak, mencari celah yang cukup kecil untuk dilewati tubuh iblisnya yang semakin besar. Ia mempraktikkan gerakan memanjat, melompat di antara tebing, dan memanfaatkan setiap bayangan untuk bersembunyi. Setiap gerakan barunya terasa lebih efisien, setiap otot bekerja lebih selaras. Ini bukan hanya tentang kekuatan; ini tentang kelincahan dan adaptasi.
Selama penjelajahannya, Ren menemukan sebuah fenomena geologis yang menarik—serangkaian gua sempit yang ujungnya berakhir pada sebuah ceruk besar, namun pintu masuknya sangat kecil dan tersembunyi. Lebih penting lagi, ia melihat ada genangan lumpur korosif alami yang terus-menerus memancar dari retakan di dinding, mengikis batuan di sekitarnya. Ini memberinya ide.
Ia harus memancing.
Perburuan itu memakan waktu. Ren harus menemukan Armored Crawler yang terpisah dari wilayah utamanya, idealnya yang sudah agak lelah atau terluka dari pertempuran sebelumnya. Setelah berhari-hari mengintai, ia menemukan satu. Cangkangnya retak di beberapa tempat, mungkin akibat bentrokan dengan Armored Crawler lain atau terjebak dalam longsoran batu. Makhluk itu tampak bergerak lebih lambat dari biasanya.
Ren memulai aksinya. Ia tidak langsung menyerang. Sebaliknya, ia mulai melemparkan batu-batu kecil, sengaja membuat suara untuk menarik perhatian Armored Crawler. Makhluk itu mengangkat kepalanya yang pipih, mata merahnya yang kecil mencari sumber gangguan. Ren terus mengganggunya, mengelak dari setiap upaya semburan korosif. Ia ingin membuat Armored Crawler itu marah, lelah, dan paling penting, memancingnya ke arah gua sempit yang telah ia temukan.
Proses itu sangat berbahaya. Setiap semburan lumpur korosif nyaris mengenainya, setiap lambaian ekor Armored Crawler hampir meremukkan tubuhnya. Ren mengandalkan kecepatan barunya, berputar, melompat, dan menempel di dinding jurang, hanya untuk muncul kembali di sisi lain dan terus mengganggu. Rasa sakit dari setiap benturan atau goresan terasa intens, namun ia memaksakan diri. Ini adalah investasi untuk kekuatannya.
Akhirnya, karena marah dan lelah, Armored Crawler itu mulai mengikuti Ren ke dalam serangkaian terowongan sempit yang ia pilih. Cangkang raksasa Armored Crawler tersangkut beberapa kali, memaksanya untuk berjuang. Ren terus memimpin, hingga akhirnya mereka mencapai ceruk dengan genangan lumpur korosif alami.
Di sanalah Ren menjalankan bagian paling berbahaya dari rencananya. Ia sengaja mengelak, membiarkan Armored Crawler menyemburkan lumpur korosifnya ke arahnya, namun di detik terakhir, ia melompat mundur, membiarkan semburan itu mengenai bagian cangkang Armored Crawler yang sudah retak.
Cairan korosif itu mendesis, memakan cangkang Armored Crawler yang sudah terluka, memperluas retakannya. Makhluk itu meraung kesakitan, rasa marahnya berlipat ganda. Ini adalah kesempatan Ren. Cangkang yang retak adalah titik lemah yang ia butuhkan.
Ren menerjang. Ia tidak menyerang bagian cangkang yang utuh. Sebaliknya, ia memfokuskan seluruh kekuatannya pada retakan yang telah diperlebar oleh lumpur korosif. Ia menghantam dengan seluruh tenaganya, menusukkan cakarnya, mencoba memperlebar lubang itu. Armored Crawler membalas dengan brutal, mencoba menamparnya dengan ekornya yang tebal atau menggilingnya dengan tubuhnya yang masif. Ren menerima beberapa pukulan, tubuhnya terasa seperti dihantam palu raksasa, namun ia tidak menyerah. Rasa sakit itu, di Abyss, adalah bahan bakar.
"Hancurkan. Celah. Darah," bisik Abyss, seolah sorakan purba yang mengiringi setiap serangannya.
Setelah pertarungan yang sangat panjang dan melelahkan, yang menguras setiap tetes energi Ren, ia akhirnya berhasil memperluas retakan itu menjadi sebuah lubang besar. Dengan serangan terakhir, ia menancapkan cakarnya dalam-dalam ke daging lembut di balik cangkang, mengoyak jaringan vital. Armored Crawler itu menjerit, sebuah lolongan menyakitkan yang menggema di terowongan, lalu ambruk dengan dentuman keras. Tubuhnya berkedut beberapa kali sebelum terdiam, darah hitam kental mengalir keluar.
Ren terengah-engah, tubuhnya gemetar, berlumuran cairan korosif yang untungnya tidak merusak kulitnya yang kini sedikit lebih keras. Ia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya, beberapa cakarnya terasa pegal, dan ia yakin ada retakan mikro di tulangnya. Ini adalah kemenangan yang jauh lebih mahal daripada pertarungan dengan Stalker Fiend. Itu adalah perjuangan yang total, pertarungan hidup dan mati di mana ia harus menggunakan setiap inci akal dan kekuatannya.
Namun, rasa kepuasan membanjiri dirinya. Ia telah mengalahkan Armored Crawler (Tier 2 Rendah), sebuah prestasi yang tidak mungkin ia capai beberapa waktu lalu. Ini adalah bukti nyata bahwa strategi dan adaptasi adalah kunci di Abyss, bukan hanya kekuatan mentah.
"Ambil. Beri. Aku. Makan," Abyss berdengung, nadanya kini lebih mendalam, lebih mendesak. "Ini. Potensi. Lebih. Besar."
Ren menyeret bangkai Armored Crawler yang masif itu ke tengah ceruk. Ini akan menjadi ritual terbesar yang pernah ia lakukan. Proses penorehan Pola Panggilan Abyss terasa lebih intens. Cahaya ungu gelap yang terpancar dari pola itu berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar, membanjiri ceruk dengan cahaya yang aneh.
Saat energi Armored Crawler ditarik masuk ke dalam pola, dan kemudian ke dalam inti Ren, ia merasakan gelombang yang kuat, namun tidak terlalu dramatis. Tubuhnya bergetar, otot-ototnya sedikit membesar, dan kulitnya terasa mengencang, menjadi lebih padat. Cakarnya sedikit memanjang, dan ada sensasi berdenyut di bawah permukaan kulitnya.
Ia telah mencapai Tier 1 Puncak.
Bukan Tier 2. Ren tidak terkejut. Abyss tidak memberinya jalan mudah. Lonjakan XP yang dibutuhkan untuk melompat dari Tier 1 ke Tier 2 adalah sebuah jurang yang jauh lebih dalam. Mengalahkan Armored Crawler Tier 2 Rendah hanya cukup untuk mendorongnya ke puncak Tier 1. Ini menegaskan bahwa setiap Tier adalah perjuangan besar, dengan setiap level membutuhkan usaha yang berlipat ganda.
Abyss seolah mengonfirmasi pemahaman itu. "Batas. Kau mencapai. Tapi ini. Awal. Baru. Untuk Tier. Dua."
Ren memandang tangannya yang kini tampak sedikit lebih mengerikan dan kuat. Ia telah mencapai puncak Tier 1, menjadikannya predator yang sangat tangguh di antara makhluk-makhluk Tier 1. Namun, ini juga berarti ia kini berimbang dengan Stalker Fiend yang paling kuat, dan masih berada di bawah Armored Crawler Tier 2 sehat atau Chasm Dwellers Tier 2 Kuat.
Pertarungan ini, dan hasil peningkatan Tier-nya, adalah pelajaran keras tentang skala kekuatan di Abyss. Untuk mencapai Tier 2, ia harus mengalahkan mangsa yang jauh lebih kuat, mungkin bahkan beberapa mangsa Tier 2 Rendah, atau satu mangsa Tier 2 Tengah. Jalan itu masih panjang, penuh luka, dan berbahaya. Tapi Ren sudah tahu. Ini adalah biaya setiap peningkatan di Abyss, dan dia bersedia membayarnya.