Cherreads

Chapter 8 - Bayangan di Pasar Kegelapan

Peningkatan ke Tier 1 Tengah adalah sebuah kemenangan kecil, tetapi bagi Ren, itu terasa seperti mengangkat gunung. Setiap otot, setiap serabut saraf di tubuh barunya berdenyut dengan efisiensi yang lebih baik. Gerakannya kini lebih lancar, cakarnya lebih tajam, dan giginya terasa lebih kokoh. Luka dari Stalker Fiend telah sembuh, digantikan oleh kulit yang sedikit lebih keras di area tersebut, bukti adaptasi tubuhnya yang brutal. Namun, ia tahu, ini hanyalah permulaan. Abyss telah mengajarkan kepadanya bahwa setiap kemajuan hanya akan membuka pintu menuju tantangan yang lebih besar, dan tuntutan yang lebih tinggi. Bisikan Jurang itu kini lebih konstan, seolah sebuah drum yang berdetak di dalam intinya: "Lagi. Terus. Lebih dalam."

Rasa lapar untuk tumbuh tidak pernah padam, tetapi kini diselingi oleh rasa ingin tahu yang membara. Sarangerak. Kota kacau itu terus memanggilnya. Ren menyadari bahwa untuk mendapatkan mangsa yang lebih besar dan mengumpulkan XP yang berlipat ganda, ia harus memahami dinamika kekuasaan di sana. Sumber daya dan peluang terbesar kemungkinan besar terkonsentrasi di sana, di bawah pengawasan Malakor.

Ren menghabiskan siklus waktu Abyss berikutnya untuk merencanakan. Ia tidak bisa lagi hanya berkeliaran seperti bayangan yang tak berarti. Auranya, meskipun masih aneh, kini membawa bobot yang lebih besar. Itu adalah aura Tier 1 Tengah, sebuah kehadiran yang lebih kuat, tidak cukup untuk mendominasi, tetapi cukup untuk membuat Gnasher lari ketakutan dan membuat Stalker Fiend berpikir dua kali sebelum menyerang. Ia perlu memanfaatkan ini.

Ia mulai bergerak menuju jantung Sarangerak dengan langkah yang lebih percaya diri, namun tetap waspada. Kegelapan di sini lebih pekat, sering dipecah oleh kilatan cahaya dari kristal Abyss yang terpancar dari dinding atau tumpukan bangkai, menciptakan bayangan-bayangan menari yang menipu mata. Suara-suara berlipat ganda: geraman rendah, desisan tajam, benturan tulang, dan bau busuk yang lebih kompleks—campuran darah, kotoran, dan sesuatu yang menyerupai bau belerang dari magma di kedalaman. Ini adalah jantung Layer Lima Ratusan, tempat di mana hukum rimba berlaku paling keras.

Sarangerak, dilihat dari dekat, lebih mengerikan dan sekaligus menakjubkan dari yang Ren bayangkan. Ribuan Chasm Dwellers dan makhluk Abyss lainnya bergerak di antara lorong-lorong kasar yang terbentuk secara alami atau diukir dengan cakar. Mereka membentuk klan-klan kecil, masing-masing dengan wilayah perburuan dan tumpukan bangkai mereka sendiri.

Ren mengamati Bone Collector Tier 2 Rendah yang bergerak perlahan, mengais sisa-sisa tulang dan menganyamnya menjadi perisai kasar atau senjata primitif yang diikat dengan otot kering. Mereka tampak apatis, fokus pada tugas mereka, dan hanya bereaksi jika wilayah mereka diancam. Shadow Lurker Tier 2 Tengah terlihat sesekali, melesat bagai bayangan yang tak kasat mata di celah-celah paling gelap, menghilang sebelum Ren sempat mengamatinya terlalu lama. Mereka adalah pemburu yang licik, tak terlihat, dan jarang berinteraksi dengan makhluk lain kecuali untuk menyergap.

Di antara Chasm Dwellers, Ren melihat lebih jelas hierarki mereka. Ada yang kurus dan lemah, yang terus-menerus didorong dan diintimidasi, jelas berada di posisi terendah. Ada yang lebih kekar dan agresif, berpatroli dengan bangga, mengklaim bangkai dan memaksa yang lain menyingkir. Mereka adalah Chasm Dwellers Tier 1 Kuat dan Tier 2 Rendah, tulang punggung Sarangerak.

Dan kemudian ada para pemimpin. Mereka adalah Chasm Dwellers terbesar, dengan tanduk yang lebih menonjol, kulit yang tebal dengan bekas luka pertempuran, dan aura yang jauh lebih pekat. Mereka duduk di atas tumpukan bangkai yang menggunung, menerima persembahan dari Chasm Dwellers yang lebih rendah. Ren merasakan bahwa mereka berada di Tier 2 Kuat, dengan beberapa yang paling dominan mendekati Tier 2 Puncak.

Di atas semua itu, Malakor berkuasa.

Malakor, seorang Chasm Dweller dengan tanduk spiral raksasa yang tampak seperti gading purba, duduk di atas tumpukan tertinggi di pusat Sarangerak. Auranya adalah gelombang tekanan yang konstan, memaksa semua makhluk di dekatnya untuk menunduk atau bergerak dengan hati-hati. Malakor sendiri adalah makhluk Tier 3 Lemah, sebuah puncak kekuatan di Layer Lima Ratusan. Dia dikelilingi oleh Chasm Dwellers terkuatnya, pengawal-pengawal setia yang semuanya setidaknya Tier 2 Kuat.

Ren mengamati ritual yang dilakukan oleh para pemimpin Chasm Dwellers. Mereka akan mengorbankan Armored Crawler (Tier 2 Rendah) atau bahkan Spinehredder muda (Tier 2 Tengah). Ritual mereka kasar, dengan ukiran yang tidak sempurna di tanah dan lolongan primal. Namun, mereka akan mendapatkan sedikit lonjakan kekuatan, aura mereka akan menebal sesaat, dan Chasm Dwellers yang lebih rendah akan menjilat kaki mereka. Ren merasakan bahwa ritual mereka, meskipun primitif, masih memberikan makanan bagi Abyss, bahkan jika sebagian besar energi terbuang sia-sia.

"Mereka bodoh," bisik Abyss, suaranya kini terasa lebih terpusat dalam benak Ren. "Mereka memberi makan sedikit. Mereka membuang banyak. Hanya Pola. Efisien. Itu yang kuberikan padamu."

Ren memahami. Pola Panggilan Abyss yang ia pelajari adalah rahasia, sebuah teknologi purba yang memungkinkan pemanfaatan energi secara maksimal. Itu adalah anugerah Abyss untuknya, jalan menuju kekuatan yang jauh lebih besar daripada ritual barbar para Chasm Dwellers.

Saat Ren terus mengamati, ia merasakan kembali sensasi yang mengusik dari sebelumnya—panggilan dari dunia lain. Kali ini, getarannya lebih kuat, sebuah resonansi yang terasa seperti gema dari setiap sudut Sarangerak. Di atas sebuah tiang tulang raksasa yang berfungsi seperti menara pengawas, seorang pemimpin Chasm Dweller Tier 2 Kuat, salah satu tangan kanan Malakor, sedang melakukan ritual yang lebih besar.

Dia mengorbankan seekor Spinehredder muda (Tier 2 Tengah). Saat darah monster itu mengalir ke ukiran di tanah, bukan hanya cahaya ungu yang muncul. Sebuah retakan kecil, seukuran telapak tangan, berpendar dengan cahaya kebiruan pucat, berkedip di udara di atas tiang tulang. Dari celah itu, Ren menangkap kilasan pemandangan yang berbeda: padang rumput hijau yang luas di bawah langit keunguan, dengan menara-menara batu yang menjulang tinggi, dan makhluk-makhluk bersayap yang terbang di kejauhan. Dan kemudian, sebuah bisikan melintasi celah itu, kata-kata yang tidak ia pahami, namun sarat dengan emosi: ketakutan, keinginan untuk bertahan hidup, permintaan akan kekuatan pemusnah untuk menghadapi musuh yang tak terlihat.

Celah itu menutup, dan pemimpin Chasm Dweller itu menggeram puas, auranya sedikit menebal. Dia jelas mendapatkan dorongan kekuatan. Namun, Ren juga merasakan sesuatu yang lain. Sebuah kelelahan yang aneh menyertai lonjakan kekuatan itu, seolah energi yang ia dapatkan memiliki harga yang tersembunyi. Dan Abyss, suara di benak Ren, berdengung dengan kepuasan yang dalam, jauh lebih puas daripada saat Ren melakukan ritualnya sendiri.

"Mereka memberi. Dari jauh," bisik Abyss. "Aku menerima. Yang di sini menuai sisanya. Sampai tiba saatnya panen yang lebih besar."

Ren menyadari bahwa Abyss adalah entitas yang cerdas. Dia tidak hanya menunggu makhluk di dalamnya memberinya makan. Dia juga merespons panggilan dari dunia lain. Makhluk Abyss yang menjawab panggilan itu—demon atau entitas lain—akan membawa kehancuran ke dunia pemanggil, dan energi dari kehancuran itu akan mengalir kembali ke Abyss. Para pemanggil itu adalah umpan, dan makhluk Abyss yang merespons adalah pengumpul bagi Jurang. Malakor dan para pemimpin Chasm Dweller lainnya, dalam ketidaktahuan mereka, hanyalah perantara dalam siklus energi ini.

Melihat semua ini, rasa ingin tahu Ren semakin besar. Dia bukan hanya ingin menjadi kuat, dia ingin memahami. Siapa yang membuat panggilan itu? Apa yang terjadi setelah makhluk Abyss menjawab panggilan tersebut? Dan bagaimana ia, Ren, bisa menjadi bukan hanya alat, tetapi pengendali dari koneksi ini?

Dengan kekuatan Tier 1 Tengah, Ren kini merasa cukup kuat untuk bergerak lebih bebas di pinggiran Sarangerak, mengamati dari dekat. Dia tidak lagi sepenuhnya menjadi mangsa, tetapi juga belum menjadi predator puncak. Dia adalah anomali yang semakin besar, dan keberadaannya telah mulai mengusik tatanan lama. Dia harus lebih kuat, lebih cepat, dan lebih cerdas untuk bertahan di dalam hirarki yang brutal ini. Langkah selanjutnya adalah berburu mangsa Tier 1 Kuat secara konsisten, agar ia bisa mencapai Tier 1 Puncak. Dan untuk itu, ia harus mengambil risiko yang lebih besar.

More Chapters